Bullying sering kali tidak langsung terlihat sebagai tindakan kasar. Banyak kasus bullying bermula dari hal-hal yang tampak sepele, seperti ejekan, candaan berlebihan, atau pengucilan sosial. Sayangnya, karena kurangnya pemahaman, banyak siswa tidak menyadari bahwa mereka sedang berada di dalam atau menyaksikan situasi bullying.
Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk mampu mengenali tanda-tanda awal bullying, membedakan antara bercanda dan menyakiti, serta memahami kapan harus mencari bantuan. Bimbingan dan konseling pribadi-sosial memiliki peran penting dalam membantu siswa memahami dinamika ini.
Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan, baik secara fisik, verbal, sosial, maupun digital. Tindakan ini dapat melukai secara fisik maupun emosional, serta berdampak serius terhadap kesehatan mental korban.

Berikut beberapa ciri situasi yang perlu diwaspadai:
✅ Candaan yang Terus Menerus dan Merendahkan
Jika seseorang menjadi bahan lelucon terus-menerus hingga merasa tersinggung atau malu, itu bukan lagi bercanda.
✅ Pelecehan Secara Verbal
Ucapan seperti “kamu bodoh”, “nggak berguna”, atau penghinaan terhadap penampilan dan latar belakang seseorang dapat menjadi tanda bullying verbal.
✅ Pengucilan Sosial
Tidak diajak bermain, dijauhi, atau sengaja dihindari oleh teman-temannya bisa menjadi bentuk bullying sosial.
✅ Pelecehan Fisik Ringan yang Konsisten
Dorongan kecil, mengambil barang tanpa izin, atau menendang secara iseng namun berulang dapat menjadi awal tindakan bullying fisik.
✅ Intimidasi atau Ancaman Terselubung
Ucapan seperti “kalau kamu ngomong ke guru, kamu tahu akibatnya” menunjukkan adanya tekanan yang mengarah pada bullying.
🔹 Bercanda:
🔹 Menyakiti (Bullying):
Jika sebuah candaan membuat seseorang merasa tidak aman, sedih, atau marah—itu bisa jadi bukan bercanda lagi.
📘 Skenario 1:
Tio setiap hari menjadi bahan ejekan karena badannya kecil. Teman-temannya memanggil “Tio Cebol” dan tertawa saat dia lewat. Awalnya Tio hanya diam, tetapi belakangan dia mulai murung dan tidak mau masuk sekolah.
📘 Skenario 2:
Sinta tidak diajak kerja kelompok oleh teman-teman sekelas tanpa alasan yang jelas. Ketika dia mendekat, mereka sengaja bubar dan mengatakan, “Kita sudah cukup orang, kok.”
📘 Skenario 3:
Dimas selalu mengambil topi milik Reno saat istirahat dan menyembunyikannya. Meskipun Reno sudah marah dan meminta untuk berhenti, Dimas terus melakukannya karena menganggap itu lucu.
Ketiga contoh di atas menunjukkan situasi yang berpotensi atau bahkan sudah termasuk bullying.
Guru BK berperan dalam:
Siswa dianjurkan untuk berkonsultasi dengan guru BK jika mereka merasa menjadi korban, pelaku, atau saksi dari tindakan bullying.
Mengenali tanda-tanda awal bullying adalah langkah penting dalam mencegah dampak yang lebih buruk. Jangan anggap remeh tindakan yang tampak sepele namun berulang, karena bisa berkembang menjadi perlakuan yang menyakitkan. Dengan kesadaran, empati, dan dukungan dari lingkungan sekolah—terutama melalui layanan bimbingan dan konseling—kita bisa menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman, nyaman, dan saling menghargai.
